Mata Summer terus terpaku pada jam dinding di ruang kepala sekolah nya. Jam menunjukan pukul 18.36 menit. Sudah lewat 4 jam dari waktu pulang sekolah. Dalam keterpakuannya pada jam dinding itu.. Summer tidak mengindahkan ataupun menyadari pertanyaan-pertanyaan Bu KepSek.
'Kapan Bunda kamu akan jemput, Summer?'
'Ibu perlu bicara personal dengan bunda kamu Summer.'
...
Summer tetap menghayati detik demi detik.. Seolah tidak ada yang bisa menerjemahkan komunikasinya terhadap detik detik itu. Waktu pun terhenti.. meninggalkan sendiri Summer dan pikirannya.
Summer di guncangkan oleh Bu KepSek, 'Summer tolong tunggu sebentar di luar... Ibu perlu berdiskusi dengan bundamu.' Oh... bunda dah datang... Summer pun beranjak keluar. Tampak bunda terengah engah.. Pasti bunda terburu buru dari kantornya.
Bu KepSek, menjelaskan bahwa akhir akhir ini Summer kurang dapat berkonsentrasi dalam pelajaran. Seakan ada perihal dalam pikirannya yang menggangu. Kadang siapa pun tidak dapat menginterupsi lamunan Summer. Dan untuk beberapa kesempatan, lamunan Summer terhenti dengan jeritan keras dari Summer. Guru dan temannya sungguh menaruh perhatian dan khawatir akan keadaan Summer, terlebih keadaan ini sudah berlangsung beberapa kali dalam 2 bulan terakhir ini. Lepas jeritan hari ini, Summer menangis tersedu dan berlari menuju toilet sekolah.
Bunda bergidik,
Perasaan kawatir dan takut meliputi pikirannya. Ingin rasanya menagis, tapi diingatkan oleh Bu Kepsek untuk tetap kuat. Sebagai orang tua tunggal, bunda hanya lah satu satu nya fondasi Summer untuk tetap teguh. Tidak ada lagi figur pembimbing selain bunda untuk Summer, selepas perceraian 2 tahun lalu.
(dalam mobil lepas dari sekolah, Summer duduk disamping bunda)
'Kita belanja groceries dulu ya Summer, persediaan telur dan susu sudah habis, nanti Summer juga bantu bunda untuk beli bahan makanan untuk dinner kita ya.'
Mobil pun menepi pada swalayan biasa tempat mereka belanja groceries mingguan. Rasanya suasana ini canggung sekali. Selepas bunda keluar dari kantor kepala sekolah, dan belanja groceries ini.. rasanya bunda penuh pikiran. Summer saat itu hanya berbisik dalam bisingnya pasar swalayan
'Im sorry Bunda' bisik Summer
Bunda masih memilih beberapa jenis sayuran saat itu, tidak terdengar olehnya bisikan Summer.
Saat makan malam adalah saat yang indah dimana Bunda dan Summer bisa bercanda dan bekerja sama. Sudah hilang kecanggungan siang itu. Summer menikmati sekali saat saat bercengkrama dengan bunda.
'Sayang, ada yang kamu pengen ceritain ga sama Bunda?' tanya Bunda dengan hangat.
Saat itu Summer masih berkutat dengan peralatan masak, merasakan kehangatan sayang bundanya dan menjawab dengan ringan.
'Bunda, sebenernya Summer ga tau apa yang Summer alami'
'Tapi sesekali Summer bisa lihat sekilas sebuah Rumah Sakit, di situ saya lihat sesosok perempuan yang belum pernah sama sekali saya jumpai'
Bunda masih tetap menyimak cerita Summer.
'Dan beberapa kali saya melihat gambaran bahwa Summer pernah tinggal bareng wanita itu, wanita itu seperti bukanlah sosok yang asing untuk Summer'
'Dan mengapa hari ini Summer berteriak dalam kelas, karena sepertinya Summer teringat kalau ada sosok lelaki yang kasar pada wanita itu Bunda dan seperti menjauhkan Summer dengan wanita itu'
Bunda terlihat aga syok dengan cerita Summer tapi beliau tetap berusaha menenangkan Summer,
'Itu adalah lamunan semata sayangku, usahakan selanjutnya kamu lebih konsen belajar ya nak!'
'Tapi Bunda..' sanggah Summer, 'Saya merasakan itu begitu nyata, dan bayangan itu beberapakali hadir. Bukan hanya 1 atau 2 kali'
'Sayang... Bunda buatkan hot chocolate untuk kamu ya, dan langsung tidur ya. Mungkin hari ini sangat melelahkan untuk kamu. Esok adalah hari yang baru, dan bangun lebih fresh!'
'Tapi...., OK Bunda...' Summer menurut sama Bunda nya.
Bunda sejenak duduk diam dalam keheningan malam itu, teh hangat dicangkir pun tak sedikitpun dia sentuh. Dia tenggelam dalam kenangan saat pertama kali mengadopsi Summer. Memang Summer bukan di adopsi melalui jalur legal. Bunda saat itu tidak mengetahui latar belakang bayi 11 bulan itu. Yang bunda ketahui saat itu adalah Papa Summer 'membeli' seorang bayi pada pasar gelap, meski tiba tiba di dapati bukan bayi yang baru lahir, tapi bunda sudah jatuh cinta pada senyuman Summer kala itu.Senyuma bayi itu menghangatkan hati yang kosong Bunda.
Mungkinkah semua yang Summer ceritakan, itu adalah kisah nya sebelum Summer diadopsi? Ini adalah kejanggalan yang bunda dapati dari cerita Summer. Akan tetapi, tidak memungkinkan untuk seorang bayi bisa mengingat kenangan itu. Berapa banyak dari kita masih mengingat kejadian masa kita bayi? Bunda berusaha untuk tidak terlena dalam lamunan, yang mungkin akan membuatnya stress. Saat ini fokus dalam hidup Bunda hanyalah 1. Memberikan kehidupan yang bahagia, untuk harta satu satu nya, Summer.
Tiap tiap malam, Bunda selalu bersimpuh, berlutut... mengucap doa
'Ya Tuhan diujung hari ini, terasa seluruh berkatMu lewat nafas saya dan Summer, Amppunilah segala kesalahan ini, dan mampukan saya mengampuni segala hal yang mengecewakan saya. Berikan rahmat dari padaMu saja, untuk saya dapat menjalani hari sesuai dengan rancanganMu, Amin' tetapi Amin di malam ini disertai tetesan air mata Bunda. Bunda yang tegar, kuat, dan lembut.
(bersambung)
'Kapan Bunda kamu akan jemput, Summer?'
'Ibu perlu bicara personal dengan bunda kamu Summer.'
...
Summer tetap menghayati detik demi detik.. Seolah tidak ada yang bisa menerjemahkan komunikasinya terhadap detik detik itu. Waktu pun terhenti.. meninggalkan sendiri Summer dan pikirannya.
Summer di guncangkan oleh Bu KepSek, 'Summer tolong tunggu sebentar di luar... Ibu perlu berdiskusi dengan bundamu.' Oh... bunda dah datang... Summer pun beranjak keluar. Tampak bunda terengah engah.. Pasti bunda terburu buru dari kantornya.
Bu KepSek, menjelaskan bahwa akhir akhir ini Summer kurang dapat berkonsentrasi dalam pelajaran. Seakan ada perihal dalam pikirannya yang menggangu. Kadang siapa pun tidak dapat menginterupsi lamunan Summer. Dan untuk beberapa kesempatan, lamunan Summer terhenti dengan jeritan keras dari Summer. Guru dan temannya sungguh menaruh perhatian dan khawatir akan keadaan Summer, terlebih keadaan ini sudah berlangsung beberapa kali dalam 2 bulan terakhir ini. Lepas jeritan hari ini, Summer menangis tersedu dan berlari menuju toilet sekolah.
Bunda bergidik,
Perasaan kawatir dan takut meliputi pikirannya. Ingin rasanya menagis, tapi diingatkan oleh Bu Kepsek untuk tetap kuat. Sebagai orang tua tunggal, bunda hanya lah satu satu nya fondasi Summer untuk tetap teguh. Tidak ada lagi figur pembimbing selain bunda untuk Summer, selepas perceraian 2 tahun lalu.
(dalam mobil lepas dari sekolah, Summer duduk disamping bunda)
'Kita belanja groceries dulu ya Summer, persediaan telur dan susu sudah habis, nanti Summer juga bantu bunda untuk beli bahan makanan untuk dinner kita ya.'
Mobil pun menepi pada swalayan biasa tempat mereka belanja groceries mingguan. Rasanya suasana ini canggung sekali. Selepas bunda keluar dari kantor kepala sekolah, dan belanja groceries ini.. rasanya bunda penuh pikiran. Summer saat itu hanya berbisik dalam bisingnya pasar swalayan
'Im sorry Bunda' bisik Summer
Bunda masih memilih beberapa jenis sayuran saat itu, tidak terdengar olehnya bisikan Summer.
Saat makan malam adalah saat yang indah dimana Bunda dan Summer bisa bercanda dan bekerja sama. Sudah hilang kecanggungan siang itu. Summer menikmati sekali saat saat bercengkrama dengan bunda.
'Sayang, ada yang kamu pengen ceritain ga sama Bunda?' tanya Bunda dengan hangat.
Saat itu Summer masih berkutat dengan peralatan masak, merasakan kehangatan sayang bundanya dan menjawab dengan ringan.
'Bunda, sebenernya Summer ga tau apa yang Summer alami'
'Tapi sesekali Summer bisa lihat sekilas sebuah Rumah Sakit, di situ saya lihat sesosok perempuan yang belum pernah sama sekali saya jumpai'
Bunda masih tetap menyimak cerita Summer.
'Dan beberapa kali saya melihat gambaran bahwa Summer pernah tinggal bareng wanita itu, wanita itu seperti bukanlah sosok yang asing untuk Summer'
'Dan mengapa hari ini Summer berteriak dalam kelas, karena sepertinya Summer teringat kalau ada sosok lelaki yang kasar pada wanita itu Bunda dan seperti menjauhkan Summer dengan wanita itu'
Bunda terlihat aga syok dengan cerita Summer tapi beliau tetap berusaha menenangkan Summer,
'Itu adalah lamunan semata sayangku, usahakan selanjutnya kamu lebih konsen belajar ya nak!'
'Tapi Bunda..' sanggah Summer, 'Saya merasakan itu begitu nyata, dan bayangan itu beberapakali hadir. Bukan hanya 1 atau 2 kali'
'Sayang... Bunda buatkan hot chocolate untuk kamu ya, dan langsung tidur ya. Mungkin hari ini sangat melelahkan untuk kamu. Esok adalah hari yang baru, dan bangun lebih fresh!'
'Tapi...., OK Bunda...' Summer menurut sama Bunda nya.
Bunda sejenak duduk diam dalam keheningan malam itu, teh hangat dicangkir pun tak sedikitpun dia sentuh. Dia tenggelam dalam kenangan saat pertama kali mengadopsi Summer. Memang Summer bukan di adopsi melalui jalur legal. Bunda saat itu tidak mengetahui latar belakang bayi 11 bulan itu. Yang bunda ketahui saat itu adalah Papa Summer 'membeli' seorang bayi pada pasar gelap, meski tiba tiba di dapati bukan bayi yang baru lahir, tapi bunda sudah jatuh cinta pada senyuman Summer kala itu.Senyuma bayi itu menghangatkan hati yang kosong Bunda.
Mungkinkah semua yang Summer ceritakan, itu adalah kisah nya sebelum Summer diadopsi? Ini adalah kejanggalan yang bunda dapati dari cerita Summer. Akan tetapi, tidak memungkinkan untuk seorang bayi bisa mengingat kenangan itu. Berapa banyak dari kita masih mengingat kejadian masa kita bayi? Bunda berusaha untuk tidak terlena dalam lamunan, yang mungkin akan membuatnya stress. Saat ini fokus dalam hidup Bunda hanyalah 1. Memberikan kehidupan yang bahagia, untuk harta satu satu nya, Summer.
Tiap tiap malam, Bunda selalu bersimpuh, berlutut... mengucap doa
'Ya Tuhan diujung hari ini, terasa seluruh berkatMu lewat nafas saya dan Summer, Amppunilah segala kesalahan ini, dan mampukan saya mengampuni segala hal yang mengecewakan saya. Berikan rahmat dari padaMu saja, untuk saya dapat menjalani hari sesuai dengan rancanganMu, Amin' tetapi Amin di malam ini disertai tetesan air mata Bunda. Bunda yang tegar, kuat, dan lembut.
(bersambung)
Komentar
Posting Komentar