Untuk orang yang dalam medical condition, yang masih dalam pantauan / inspeksi medis dari dokter.
Sekiranya batasi diri kita untuk komentar yang kurang penting (seperti di bawah ini):
1. "Makanya, makan tuh yang sehat"
2. "Olah raga dong, pasti ga pernah olah raga"
3. "Banyakkin doa dan beramal, kebanyakan dosa sih" / "Ini pasti dari dosa keluarganya, makanya gini. Karma nih."
4."Karena kerjaan ya, stress ya. Dah resign aja, rejeki ga kemana" (lah terus bayar bill Rumah Sakit nya gimana ya...). "Istri itu emang ga boleh kerja, nah kan makanya sakit"
5. "Udah, pengobatan alternatif aja. Obat itu kimia, ga bagus untuk badan"
6. "Penyakitan, nular yahhh"
7. "Gua harus gimana, biar ga dapet penyakit kaya gitu?"
8. "Banyak minum aer putih gih"
Tidak di pungkiri, mereka (mungkin) ada niatan baik. Tapi di lihat dari sudut pandang yang sakit.
Its too judgmental.
Tiba tiba semua orang jadi lebih pinter dan kompeten dari pada dokter, dimana aer putih / buah buahan/ makan sayur lebih banyak bisa nyembuhin segala gala penyakit.
Dimana orang bisa jadi tuhan, dosa dan pahala dia bisa lihat dengan mata telanjang. Dan surga neraka, ditentukan dari kata katanya. Sometimes, they just only care how to prevent this for them. To leave the sick people as object.
Sekali lagi dijabarin di atas adalah sudut pandang penderita sakit. Dimana semua perubahan ini membuat lebih sensitive. Sometimes they just want you be there, emotional existance. We aware on the risk, we truly grateful when other people want to help. Little knowledge from Google, you can know 1 to z about the diseases. Little chit chat about hot gossip or nice food, maybe can ease the pain, or took them away short while from the nightmare. They fully aware on the condition, no need to ask them to repeat all the nightmare.
Be Kind, Always.
Sometimes silent speak the strongest words.
May health and happiness upon you :)
Sekiranya batasi diri kita untuk komentar yang kurang penting (seperti di bawah ini):
1. "Makanya, makan tuh yang sehat"
2. "Olah raga dong, pasti ga pernah olah raga"
3. "Banyakkin doa dan beramal, kebanyakan dosa sih" / "Ini pasti dari dosa keluarganya, makanya gini. Karma nih."
4."Karena kerjaan ya, stress ya. Dah resign aja, rejeki ga kemana" (lah terus bayar bill Rumah Sakit nya gimana ya...). "Istri itu emang ga boleh kerja, nah kan makanya sakit"
5. "Udah, pengobatan alternatif aja. Obat itu kimia, ga bagus untuk badan"
6. "Penyakitan, nular yahhh"
7. "Gua harus gimana, biar ga dapet penyakit kaya gitu?"
8. "Banyak minum aer putih gih"
Tidak di pungkiri, mereka (mungkin) ada niatan baik. Tapi di lihat dari sudut pandang yang sakit.
Its too judgmental.
Tiba tiba semua orang jadi lebih pinter dan kompeten dari pada dokter, dimana aer putih / buah buahan/ makan sayur lebih banyak bisa nyembuhin segala gala penyakit.
Dimana orang bisa jadi tuhan, dosa dan pahala dia bisa lihat dengan mata telanjang. Dan surga neraka, ditentukan dari kata katanya. Sometimes, they just only care how to prevent this for them. To leave the sick people as object.
Sekali lagi dijabarin di atas adalah sudut pandang penderita sakit. Dimana semua perubahan ini membuat lebih sensitive. Sometimes they just want you be there, emotional existance. We aware on the risk, we truly grateful when other people want to help. Little knowledge from Google, you can know 1 to z about the diseases. Little chit chat about hot gossip or nice food, maybe can ease the pain, or took them away short while from the nightmare. They fully aware on the condition, no need to ask them to repeat all the nightmare.
Be Kind, Always.
Sometimes silent speak the strongest words.
May health and happiness upon you :)
kayaknya bahas makeup can ease lot of pain (at least for me hahahaha)
BalasHapus